Tuesday, November 15, 2016

SEJARAH REOG PONOROGO

 

REOG PONOROGO

Reog Ponorogo
Pada kesempatan pertama ini saya akan membahas tentang Reyog Ponorogo sebagai artikel pertama saya. Banyak yang sudah membahas mengenai Reog Ponorogo ini, namun tidak ada salahnya juga kan kalau saya membahasnya kembali untuk yang kesekian kalinya dengan bahasa yang sederhana serta mudah untuk dimengerti


Jika anda membaca artikel ini anda mungkin akan menanyakan pertanyaan yang sama tentang Reog Ponorogo. Ada beberapa jawaban yang saya dapati mengenai Reog Ponorogo itu sendiri berdasarkan hasil search engine dari yang luas hingga yang sangat teknis dan terperinci.

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya, Kesenian ini di perkirakan sudah ada sejak abad ke-15, tepatnya ketika masa berakhirnya kerajaan majapahit. Reog salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Kesenian asli warisan leluhur Indonesia ini sempat diklaim secara sepihak oleh negara Malaysia, pengklaiaman ini sendiri sebetulnya terjadi karena kebudayaan tersebut dibawa oleh warga Ponorogo yang datang dan menetap di Malaysia kemudian berkembang pesat disana dan jika ditinjau dari sisi sejarah Reog memang lahir dan berkembang di Indonesia lebih dulu.

Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian Reyog Ponorogo dari beberapa versi:

Ada beberapa versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul kesenian Reog, salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan seorang abdi kerajaan Majapahit yang bernama Ki Ageng Ketut Suryangalam atau Ki Ageng Kutu kepada raja Majapahit yang pada saat itu dijabat oleh Bhre Kertabhumi. Kejadian tersebut dilatarbelakangi oleh murkanya Ki Ageng Kutu kepada istri sang raja yang berasal dari Tiongkok, hal tersebut dikarenakan Ki Ageng Kutu merasa istri sang raja mempunyai pengaruh yang kuat terhadap raja. Selain itu Ki Ageng Kutu juga merasa bahwa sang raja hanya diam saja terhadap tindakan korupsi yang dilakukan oleh pemerintahan Majapahit kala itu, pada saat itu diramalkan bahwa bahwa kerajaan Majapahit akan segera berakhir dalam waktu cepat atau lambat.

Murka dirasakan Ki Ageng Kutu semakin besar seiring berjalanya waktu , ketidaknyamanan yang dirasakan membuatnya memutuskan untuk meninggalkan posisi sebagai abdi kerajaan dan mulai mendirikan perguruan silat. Ki Ageng Kutu mengajari anak-anak muda mengenai ilmu bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan, dengan harapan bahwa anak-anak muda itu dapat menjadi bibit unggul jika kerajaan Majapahit kembali bangkit. Seiring berjalanya waktu Ki Ageng Kutu baru menyadari bahwa pasukan yang di bentuknya tersebut masih terlalu kecil untuk menggulingkan Bhre Kertabhumi dari posisinya sebagai raja, hal itulah yang kemudian mengilhaminya untuk menciptakan sebuah tarian yang diberi nama Reog. Pertunjukan Reog inilah yang menjadi cara Ki Ageng Kutu untuk menambah kekuatan masyarakat lokal guna menggulingkan raja yang tengah berkuasa.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, bagian atas dari Singa Barong ini terdapat banyak bulu-bulu merak yang bentuknya menyerupai kipas. Singa Barong ini dibuat oleh Ki Ageng Kutu menggambarkan sebagai “raja hutan” atau seorang yang berkuasa, topeng itu menggambarkan karakter Bhre Kertabhumi. Adapun dari dari bulu merak yang terdapat di atasnya juga menggambarkan sesuatu, yakni teman-teman Bhre Kertabhumi yang berasal dari Tiongkok serta yang ada di dalam kepalanya yang mengatur semua gerakan yang diperbuat oleh Bhre Kertabhumi. Di kesenian tersebut juga ada beberapa orang yang memainkan Jathilan, yakni sekelompok penari gemblak yang menaiki kuda sebagai simbol dari pasukan bersenjata dari kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan Warok yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu yang sendirian menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai berat lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.

Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu menimbulkan perasaan tidak senang di hati Bhre kertabhumi karena sadar bahwa Reog itu merupakan cibiran secara tidak langsung terhadapnya yang menjabat sebagai raja, akhirnya Bhre kertabhumi mengambil tindakan dengan menyerang perguruan Ki Ageng Kutu dan berhasil mengakhiri pemberontakan yang akan dilakukan oleh para Warok. Tetapi hal itu tidak menghalangi aksi dari murid Ki Ageng Kutu, mereka tetap melakukan pementasan Reog secara diam-diam karena masyarakat sudah terlanjur menyukai kesenian ini. Maka dari itu mereka kemudian membuat cerita baru serta karakter baru yang berasal dari cerita rakyat Ponorogo seperti Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu

Versi resmi alur cerita Reog Ponorog sekarang adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang bernama Kelono Sewandono berniat melamar putri Kediri. Akan tetapi Dewi Songgolangit belum berniat untuk menikah, hal tersebut membuat sang raja bertanya-tanya. Ia langsung mendatangi Dewi Songgolangit untuk menanyakan mengapa selalu menolak pinangan yang datang, Dewi Songgolangit mengatakan bahwa dirinya menginginkan calon suami yang bisa menciptakan sebuah tontonan menarik yang di dalamnya terdapat hewan berkepala dua dan 140 ekor kuda kembar. Banyak calon peminang yang menyerah setelah mendengar syarat tersebut, akan tetapi ada dua orang yang masih berani untuk melanjutkan perjuangannya mendapatkan cinta Dewi Songgolangit yaitu Singa Barong dari kerajaan Lodaya dan Kelono Sewandono dari kerajaan Bantarangin.

Kelono Sewandono mampu untuk mengumpulkan semua persyaratan dari Dewi Songgolangit, namun dirinya tidak bisa mendapatkan hewan berkepala dua. Ia memerintahkan patihnya untuk menyelidiki Singa Barong , hal tersebut dilakukan karena Singa Barong akan melakukan apa saja untuk menang. Ternyata benar saja, Singa Barong berniat untuk menyabotase Kelono Sewandono. Mereka berdua akhirnya melakukan pertempuran, Kelono Sewandono mengeluarkan kesaktianya untuk menyerang Singa Barong dan menyebabkan burung merak yang berada diatas kepalanya menempel dengannya. Singa Barong mengamuk dan menghunuskan kerisnya ke arah Kelono Sewandono, namun Kelono Sewandono berhasil menghindar dan membalas dengan pecutan cambuk Samandiman. Pecutan cambuk Samandiman itu memiliki kesaktian yang membuat Singa Barong berubah menjadi hewan berkepala dua, dengan begitu Kelono Sewandono dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh Dewi Songgolangit. Pada akhirnya Dewi Songgolangit dan Kelono Sewandono menikah, pernikahan tersebut diabadikan sebagai sejarah penting lahirnya kesenian Reog Ponorogo yang menjadi salah satu kesenian tradisional asli Indonesia. wikipedia

No comments:
Write komentar